Tari Topeng Malangan, dari Religi menuju Seni



Seringkali membicarakan kesenian, kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu kesenian? Para ahli memiliki pengertian masing-masing mengenai kesenian, namun secara garis besar kesenian merupakan sebuah media mengekspresikan perasaan kesenangan dan keindahan dari dalam jiwa manusia. Kesenian juga sebagai simbol terhadap adat istiadat yang dianut dalam masyarakat di daerahnya.


Seni tari merupakan salah satu bentuk dari kesenian yang berkembang dalam budaya masyarakat dari waktu ke waktu. Jauh sebelum terbentuknya kerajaan di Indonesia, masyarakat percaya bahwa tarian memiliki daya magis yang dapat menghantarkan harapan dan doa kepada penguasa tertinggi dalam kehidupan manusia. Ragam tarian tersebut seperti tari pemanggilan hujan, menolak bala ataupun roh jahat, hingga kesuburan.


Berangkat dari budaya tersebut, masuklah era penyebaran Hindu-Buddha yang dibawa masuk ke Indonesia oleh para pedagang. Sementara pada era Islam, seni tari mengalami perkembangan ketika kerajaan Mataram Islam terbagi menjadi dua pada tahun 1755. Kedua kerajaan ini menunjukkan identitas masing-masing melalui tarian yang ditampilkan.


Berbicara mengenai seni tari, tentunya setiap daerah memiliki tarian yang saling diunggulkan. Salah satu jenis tarian yang sangat melegenda dan dikenal hingga mancanegara adalah tari topeng Malangan. Tarian ini lekat dengan karakteristik budaya khas Malang, tidak serta merta muncul sebagai hiburan saja. Perkembangan tarian ini dipengaruhi juga oleh penyebaran agama pada masa berdirinya kerajaan di Indonesia.


Pada mulanya, topeng terus mengalami perkembangan baik dari segi fungsi, karakter, ataupun teknik pembuatannya. Kita semua mengetahui bahwa, topeng merupakan salah satu atribut atau aksesoris yang sering dipakai oleh penari atau digunakan oleh seorang aktor. Akan tetapi, bila merujuk pada sejarahnya, sesungguhnya topeng pada mula kemunculannya memiliki fungsi yang sakral. Sejarah mencatat, topeng telah dikenal semenjak zaman kerajaan tertua di Jawa Timur yaitu Kerajaan Kanjuruhan pada abad ke-8 Masehi, dengan kepemimpinan Raja Gajayana. Pada waktu itu, ia sedang berada dipuncak keemasannya.


Apabila melihat dari prasasti-prasati yang telah ditemukan, pada masa itu topeng sudah dikenal luas di Malang sebagai tradisi budaya dan religiusitas masyarakat. Fungsi utamanya adalah sebagai media ritual pemanggilan roh leluhur oleh para raja. Tepatnya, kesenian ini telah muncul sejak zaman Mpu Sendok. Saat itu, topeng pertama terbuat dari emas, dikenal dengan istilah puspo sariro (bunga dari hati yang paling dalam) dan merupakan simbol pemujaan Raja Gajayana terhadap arwah ayahandanya, Dewa Sima. Topeng pada masa itu merupakan sebuah media yang sangat penting. Bahan pembuatannya yang berupa emas, serta pemberian istilah “puspo sariro”, menunjukkan betapa berharga nya keberadaan sebuah topeng.


Banyak pendapat menyebutkan topeng Malangan berawal dari dari kebudayaan India, yang masa itu India sering mengirimkan pedagang-pedagangnya untuk berdagang dan salah satu kerajaan yang sering melakukan kotak dagang dengan saudagar India adalah kerajaan Kanjuruhan. Proses perdagangan tersebut yang membuat kerajaan ini bisa mengasimilasi kebudayaan dan sastra india dengan lebih fasih dan juga mudah. Sehingga, tidak heran jika akhirnya bangsa kerajaan Kanjuruhan memahami kebudayaan dan sastra India, lalu menyadurnya menjadi pertunjukan topeng. Henri Supriyanto pernah menulis dalam bukunya bahwa pertunjukkan topeng Malangan mengikuti pola berfikir India, karena sastra yang dominan adalah sastra India. Sehinggacerita Dewata, cerita pertapaan, kesaktian, kahyangan, lalu kematian itu menjadi muksa, sementara sebutan-sebutannya menjadi Bhatara Agung. Maka, topeng Malangan merupakan peninggalan leluhur, sewaktu mereka masih menganut agama Hindu Jawa, yang orientasinya masih India murni. Termasuk wayang topeng juga mengambil cerita-cerita dari India, seperti kisah Mahabarata dan Ramayana


Berawal sebagai bagian dari acara persembahyangan, topeng Malang mulai dikontruksi menjadi kesenian tari. Pada masa pemerintahan Raja Erlangga, kesenian topeng diubah dengan tujuan agar lebih mendekati kebudayaan lokal dan seni tari, maka dari ituah kemudian muncul tari topeng. Salah satu alasan mengapa memasukkan topeng dalam seni tari adalah untuk mendukung kenyamanan para penari. Sehingga mereka tidak perlu menggunakan riasan, cukup menggunakan topeng saja.


Berkembang lagi pada masa kekuasaan Kertanegara di Singasari, kesenian topeng ceritanya digantikan dengan cerita-cerita Panji untuk tujuan politik Kertanegara yang menginginkan Singasari menjadi kekuasaan yang sangat besar ditanah Jawa. Panji yang didalamnya mengisahkan kepahlawanan dan kebesaran kesatria kesatria Jawa, terutama masa Jenggala dan Kediri merupakan usaha dari Singasari untuk menandingi cerita versi wayang purwo yang mengisahkan cerita cerita India.


Sementara saat agama Islam masuk ke pulau Jawa, para wali menggunakan topeng sebagai media penyebaran Islamdengan menampilkan kisah marmoyo sunat. Cerita menak adalah sebagai tanda masuknya Islam ditanah Jawa. Cerita-cerita ini menjadi dominan dan dikembangkan oleh keraton Mataram yang mana memang menganut ajaran Islam. Namun sulitnya keraton keraton Islam menaklukkan bekas keraton Singosari, mengakibatkan pertunjukkan topeng cerita menak kurang mendapatkan respon diwilayah ini. Hal lain yang mendorong pertunjukkan topeng cerita panji benar benar mendarah daging di wilayah tersebut dikarenakan kebijakan mengembangkan pertunjukkan topeng yang ditanam kuat oleh Raden Wijaya, Raja Majapahit pertama. Topeng oleh Raden Wijaya dipergunakan sebagai media rekonsiliasi antara Kediri, Singosari dan Majapahit, Dalam merebut kuasa digunakan sebagai pengaruh dominan untuk tegaknya identitas politik.


Perkembangan Topeng Malangan menampilkan cerita-cerita Panji sebagai penghubung sejarah Malang yang panjang, dan puncak perkembangannya adalah ketika pelarian pasukan Mataram Diponegoro, yang banyak bersembunyi di Malang Selatan yaitu daerah Panjen (Kepanjen) dan sekitarnya. Mereka menggunakan tari topeng sebagai kedok untuk menyembunyikan jati dirinya salam mendidik rakyat kecil dengan tujuan membangkitkan jiwa kemerdekaan dari ketidak-adilan penguasa.


Sejarah yang panjang mengenai perkembangan seni tari topeng Malangan, jika ditarik kesimpulan maka pengalihan fungsi topeng dari yang bersifat religi ke dalam kesenian adalah agar tarian lebih mudah diterima masyarakat luas, bukan hanya dinikmati dilingkup kerajaan saja. Kemudian memasukkan topeng kedalam sebuah pertunjukkan seni tari adalah karena belum adanya alat dan bahan untuk riasan seperti yang digunakan oleh penari pada masa sekarang. Maka, untuk kemudahan, dibuatlah topeng untuk menutup wajah si penari tersebut. Selain itu, tarian-tarian dengan menggunakan topeng biasanya menuntut penari agar bisa membawakan karakter sesuai dengan karakter topeng yang dipakai. Dalam perkembangannya, topeng Malangan memiliki 76 karakter yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan topeng di daerah lain. Contohnya pada tari Topeng Bapang yang merupakan salah satu topeng khas dari Malang. Tari Topeng Bapang diangkat dari tokoh dalam wayang topeng Malang bernama Bapang Jaya Sentika yang berasal dari Kerajaan Banjarsari(Sabrang). Penari harus mampu menggambarkan ksatria yang gagah berani, tetapi mempunyai watak yang brangasan dan ugal-ugalan sesuai dengan hidungnya yang panjang dan topengnya yang berwarna merah.


Kesenian tari topeng Malangan adalah sebuah kesenian kuno yang usianya lebih tua dari keberadaan kota Malang itu sendiri. Itulah sebabnya, kesenian ini tak dapat dipisahkan dari perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Kesenian ini kemudian terus berkembang pesat saat zaman Kerajaan Majapahit serta masa penyebaran Islam oleh para wali. Tak heran, beberapa dekade kemudian pertunjukkan topeng berkembang menjadi kesenian yang sangat populer di Malang.

Posting Komentar

0 Komentar