cirebon
Fungsi Tari Topeng Cirebon
Fungsi tari dalam kehidupan manusia, dapat dibedakan menjadi empat, yaitu tari sebagai sarana upacara, sebagai hiburan, seni pertunjukan, dan sebagai media pendidikan. Antara keempat jenis tari yang berbeda-beda fungsinya tersebut, masing-masing mempunyai ciri atau kekhasan tersendiri. Namun pada saat ini dari keempat jenis tari tersebut secara sepintas perbedaannya semakin kabur.
Banyak seniman tari yang mengambil inspirasi dari tari-tarian upacara magis menjadi sebuah tari pertunjukan. Banyak aspek yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: faktor tari sebagai seni (obyek Apresiasi), yaitu bagaimana kita menyajikan suatu tarian yang bernilai estetis, tentu saja hal ini didukung dengan media bantu lain seperti iringan, rias dan busana, dekorasi dan tata pentas yang baik dan komunikatif. Kedua adalah faktor penonton (Apresiator), yang perlu diperhatikan adalah tari yang kita sajikan untuk dokomunikasikan kepada penonton. Kedua faktor tersebut harus betul-betul diperhatikan karena keduanya saling mendukung satu sama lain.
1. Tari sebagai sarana upacara merupakan media persembahan atau pemujaan terhadap kekuatan
gaib yang banyak digunakan oleh masyarakat yang memiliki kepeercayaan animisme (roh-roh gaib), dinamisme (benda-benda yang mempunyai kekuatan), dan totemisme (binatang-binatang yang dapat mempengaruhi kehidupan) yang disajikan dalam upacara sakral ini mempunyai maksud untuk mendapatkan keselamatan atau kebahagiaan. Fungsi tari sebagai sarana upacara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu untuk upacara keagamaan, upacara adat berkaitan dengan peristiwa alamiah, dan upacara adat berkaitan dengan peristiwa kehidupan manusia.
2. Tari sebagai hiburan dimaksudkan untuk memeriahkan atau merayakan suatu pertemuan. Tari yang disajikan dititikberatkan bukan pada keindahan geraknya, melainkan pada segi hiburan. Tari hiburan pada umumnya merupakan tarian pergaulan atau social dance. Pada tari hiburan ini mempunyai maksud untuk memberikan kesempatan bagi penonton yang mempunyai kegemaran menari atau menyalurkan hobi dan mengembangkan keterampilan atau tujuan-tujuan yang kurang menekankan nilai seni (komersial)
3. Tari sebagai pertunjukan, yaitu tari yang bertujuan untuk memberi pengalaman estetis kepada penonton. Tari ini disajikan agar dapat memperoleh tanggapan apresiasi sebagai suatu hasil seni yang dapat memberi kepuasan pada mata dan hati penontonnya, oleh karena itu, tari sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih serius dari pada sekedar untuk hiburan. Untuk itu tari yang tergolonga sebagai seni pertunjukan/tontonan adalah tergolong performance, karena pertunjukan tarinya lebih mengutamakan bobot nilai seni dari pada tujuan lainnya.
Tari sebagai seni pertunjukan adalah seni yang hanya dapat dinikmati dan dinilai pada saat pertunjukkan itu saja. Sehubungan dengan hal itu maka menciptakan suatu tarian sebagai seni pertunjukkan perlu mempertimbangkan masalah situasi dan kondisi serta tingkat daya apresiasi seni masyarakat yang akan dihidangi. Sebab tari sebagai seni pertunjukkan tanpa penonton, artinya tanpa massa pendukung adalah tidak mungkin dalam alam modern ini. Dari kenyataan tersebut, seorang koreografer diusahakan jangan membuat tari-tarian yang sekiranya baik untuk waktu 10 atau 20 tahun yang akan datang, tetapi sekarang belum dapat diterima oleh masyarakat.
Untuk dpat memberikan kepuasan terhadap penonton, bukan terletak pada teknik serta isi pertunjukan saja, akan tetapi segala sesuatu yang menyangkut penonton serta cara menyajikan suatu acara harus benar-benar diperhatikan sedemikian rupan, sehingga apresiator atau penonton dengan enak dan mudah dpat mengikuti perunjukan sampai selesai.
4. Tari sebagai Media Pendidikan, yaitu tari yang bersifat untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif. Lebih spesifik lagi kita tinjau tari sebagai seni pertunjukan, banyak aspek yang dapat dibahas dalam tari pertunjukan, namun dalam tulisan ini bukan untuk mengupas semuanya, adapun yang akan dibahas selain mengenai jenis tarinya juga akan dibahas juga tentang dua aspek pokok dalam tari, yaitu faktor penonton sebagai apresiator dan faktor tari sebagai karya estetis. Kesuksesan suatu pertunjukan tari, perlu adanya pendekatan dengan penonton serta menyadari akan fungsi dari pertunjukan tari itu sendiri, maksudnya untuk apa dan siapa tari itu ditujukan. Kondisis eperti ini bukan berarti koreografer harus bersifat melayani demikian saja keinginan-keinginan penonton, dan mengorbanan nilai senia, namn dalm hal ini justru kewajiban dari para seniman adalah untuk dapat membudayakan masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi, biapun caranya dapat bertahap-tahap. Dengan demikian adanya gap-gap antara rakyat yang diharapkan menjadi massa pendukung yang setia dan cita-cita meningkatkan mutu seninya, dlam batas-batas tertentu dapat diselaraskan.
Fungsi tari topeng cirebon dalam upacara Mapag Sri di desa Pangkalan, kecamatan Plered, kabupaten Cirebon Jawa Barat. Sampai dengan saat ini masih dilestarikan dan sudah menjadi ikon desa Pangkalan.
Upacara adat Mapag Sri merupakan pesta panen padi yang dilaksanakan satu tahun sekali dan keberadaannya tidak lepas dari Tari Topeng Cirebon. Tari Topeng yang disajikan mulai dari tari topeng panji, tari topeng samba, tari topeng rumayang, tari topeng tumenggung, dan tari topeng klana. Tari topeng cirebon dalam Mapag Sri memiliki dua fungsi yaitu primer dan sekunder. Fungsi primer sebagai tari ritual dan fungsi sekunder sebagai media hiburan dan sebagai media pendidikan.
Cirebon merupakan kota sejarah yang banyak menyimpan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan bersama-sama.
Seni tari topeng bukan hanya sebagai hiburan dan seni semata tetapi memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat relevan dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Dalam tarian tersebut terkandung nilai-nilai kepemimpinan, kebijaksanaan dan kasih sayang. Bahkan, tarian ini juga menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa.
Daya apresiasi seni tari masyarakat Indonesia pada umumnya masih rendah. Perhatian dari seniman terhadap usaha pembinaan kesenian, khususnya seni tari masih kurang. Sebagaimana masyarakat masih menganggap tari adalah sama dengan kesenangan atau hiburan yang sifatnya adalah sambilan. Silang pendapat antara seniman tari dengan karya-karya tari dengan masyarakat yang diharapkan menjadi massa pendukungnya makin lama makin lebar, karena tidak ada usaha dari para seniman untuk memelihara hubungan itu. Akibatnya masyarakat, dalam hal ini justru kaum intelektual dalam kwantitas prosentasenya adalah lebih besar, kurang kenal lagi akan seni budaya sendiri. Masih jarnag masalah seni tari disinggung dalam forum pembicaraan yang serius, dan baru dibicarakan apabila tari pertunjukkan dibutuhkan untuk maksud-maksud tertentu.
"Kalau kita baca sejarah dan nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam seni tari topeng Cirebon, banyak yang bisa kita ambil pelajaran. Salah satunya karakter Topeng Temenggung yang menggambarkan kebaikan kepada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan silih asah, silih asih dan silih asuh. Begitu juga karakter Topeng Klana yang melambangkan kerja keras dan usaha untuk menggapai apa yang dicita-citakan,"
Harapannya, masyarakat bisa menjaga kelestarian budaya Indonesia khususnya seni tari topeng Cirebon yang sudah melegenda dan diwariskan turun-temurun sejak masa Kesultanan Cirebon yang dipimpin Sunan Gunung Jati.
Banyak seniman tari yang mengambil inspirasi dari tari-tarian upacara magis menjadi sebuah tari pertunjukan. Banyak aspek yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: faktor tari sebagai seni (obyek Apresiasi), yaitu bagaimana kita menyajikan suatu tarian yang bernilai estetis, tentu saja hal ini didukung dengan media bantu lain seperti iringan, rias dan busana, dekorasi dan tata pentas yang baik dan komunikatif. Kedua adalah faktor penonton (Apresiator), yang perlu diperhatikan adalah tari yang kita sajikan untuk dokomunikasikan kepada penonton. Kedua faktor tersebut harus betul-betul diperhatikan karena keduanya saling mendukung satu sama lain.
1. Tari sebagai sarana upacara merupakan media persembahan atau pemujaan terhadap kekuatan
gaib yang banyak digunakan oleh masyarakat yang memiliki kepeercayaan animisme (roh-roh gaib), dinamisme (benda-benda yang mempunyai kekuatan), dan totemisme (binatang-binatang yang dapat mempengaruhi kehidupan) yang disajikan dalam upacara sakral ini mempunyai maksud untuk mendapatkan keselamatan atau kebahagiaan. Fungsi tari sebagai sarana upacara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu untuk upacara keagamaan, upacara adat berkaitan dengan peristiwa alamiah, dan upacara adat berkaitan dengan peristiwa kehidupan manusia.
2. Tari sebagai hiburan dimaksudkan untuk memeriahkan atau merayakan suatu pertemuan. Tari yang disajikan dititikberatkan bukan pada keindahan geraknya, melainkan pada segi hiburan. Tari hiburan pada umumnya merupakan tarian pergaulan atau social dance. Pada tari hiburan ini mempunyai maksud untuk memberikan kesempatan bagi penonton yang mempunyai kegemaran menari atau menyalurkan hobi dan mengembangkan keterampilan atau tujuan-tujuan yang kurang menekankan nilai seni (komersial)
3. Tari sebagai pertunjukan, yaitu tari yang bertujuan untuk memberi pengalaman estetis kepada penonton. Tari ini disajikan agar dapat memperoleh tanggapan apresiasi sebagai suatu hasil seni yang dapat memberi kepuasan pada mata dan hati penontonnya, oleh karena itu, tari sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih serius dari pada sekedar untuk hiburan. Untuk itu tari yang tergolonga sebagai seni pertunjukan/tontonan adalah tergolong performance, karena pertunjukan tarinya lebih mengutamakan bobot nilai seni dari pada tujuan lainnya.
Tari sebagai seni pertunjukan adalah seni yang hanya dapat dinikmati dan dinilai pada saat pertunjukkan itu saja. Sehubungan dengan hal itu maka menciptakan suatu tarian sebagai seni pertunjukkan perlu mempertimbangkan masalah situasi dan kondisi serta tingkat daya apresiasi seni masyarakat yang akan dihidangi. Sebab tari sebagai seni pertunjukkan tanpa penonton, artinya tanpa massa pendukung adalah tidak mungkin dalam alam modern ini. Dari kenyataan tersebut, seorang koreografer diusahakan jangan membuat tari-tarian yang sekiranya baik untuk waktu 10 atau 20 tahun yang akan datang, tetapi sekarang belum dapat diterima oleh masyarakat.
Untuk dpat memberikan kepuasan terhadap penonton, bukan terletak pada teknik serta isi pertunjukan saja, akan tetapi segala sesuatu yang menyangkut penonton serta cara menyajikan suatu acara harus benar-benar diperhatikan sedemikian rupan, sehingga apresiator atau penonton dengan enak dan mudah dpat mengikuti perunjukan sampai selesai.
4. Tari sebagai Media Pendidikan, yaitu tari yang bersifat untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif. Lebih spesifik lagi kita tinjau tari sebagai seni pertunjukan, banyak aspek yang dapat dibahas dalam tari pertunjukan, namun dalam tulisan ini bukan untuk mengupas semuanya, adapun yang akan dibahas selain mengenai jenis tarinya juga akan dibahas juga tentang dua aspek pokok dalam tari, yaitu faktor penonton sebagai apresiator dan faktor tari sebagai karya estetis. Kesuksesan suatu pertunjukan tari, perlu adanya pendekatan dengan penonton serta menyadari akan fungsi dari pertunjukan tari itu sendiri, maksudnya untuk apa dan siapa tari itu ditujukan. Kondisis eperti ini bukan berarti koreografer harus bersifat melayani demikian saja keinginan-keinginan penonton, dan mengorbanan nilai senia, namn dalm hal ini justru kewajiban dari para seniman adalah untuk dapat membudayakan masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi, biapun caranya dapat bertahap-tahap. Dengan demikian adanya gap-gap antara rakyat yang diharapkan menjadi massa pendukung yang setia dan cita-cita meningkatkan mutu seninya, dlam batas-batas tertentu dapat diselaraskan.
Fungsi tari topeng cirebon dalam upacara Mapag Sri di desa Pangkalan, kecamatan Plered, kabupaten Cirebon Jawa Barat. Sampai dengan saat ini masih dilestarikan dan sudah menjadi ikon desa Pangkalan.
Upacara adat Mapag Sri merupakan pesta panen padi yang dilaksanakan satu tahun sekali dan keberadaannya tidak lepas dari Tari Topeng Cirebon. Tari Topeng yang disajikan mulai dari tari topeng panji, tari topeng samba, tari topeng rumayang, tari topeng tumenggung, dan tari topeng klana. Tari topeng cirebon dalam Mapag Sri memiliki dua fungsi yaitu primer dan sekunder. Fungsi primer sebagai tari ritual dan fungsi sekunder sebagai media hiburan dan sebagai media pendidikan.
Cirebon merupakan kota sejarah yang banyak menyimpan kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan bersama-sama.
Seni tari topeng bukan hanya sebagai hiburan dan seni semata tetapi memiliki nilai-nilai kehidupan yang sangat relevan dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Dalam tarian tersebut terkandung nilai-nilai kepemimpinan, kebijaksanaan dan kasih sayang. Bahkan, tarian ini juga menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak dilahirkan hingga menginjak dewasa.
Daya apresiasi seni tari masyarakat Indonesia pada umumnya masih rendah. Perhatian dari seniman terhadap usaha pembinaan kesenian, khususnya seni tari masih kurang. Sebagaimana masyarakat masih menganggap tari adalah sama dengan kesenangan atau hiburan yang sifatnya adalah sambilan. Silang pendapat antara seniman tari dengan karya-karya tari dengan masyarakat yang diharapkan menjadi massa pendukungnya makin lama makin lebar, karena tidak ada usaha dari para seniman untuk memelihara hubungan itu. Akibatnya masyarakat, dalam hal ini justru kaum intelektual dalam kwantitas prosentasenya adalah lebih besar, kurang kenal lagi akan seni budaya sendiri. Masih jarnag masalah seni tari disinggung dalam forum pembicaraan yang serius, dan baru dibicarakan apabila tari pertunjukkan dibutuhkan untuk maksud-maksud tertentu.
"Kalau kita baca sejarah dan nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam seni tari topeng Cirebon, banyak yang bisa kita ambil pelajaran. Salah satunya karakter Topeng Temenggung yang menggambarkan kebaikan kepada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan silih asah, silih asih dan silih asuh. Begitu juga karakter Topeng Klana yang melambangkan kerja keras dan usaha untuk menggapai apa yang dicita-citakan,"
Harapannya, masyarakat bisa menjaga kelestarian budaya Indonesia khususnya seni tari topeng Cirebon yang sudah melegenda dan diwariskan turun-temurun sejak masa Kesultanan Cirebon yang dipimpin Sunan Gunung Jati.
Posting Komentar
0 Komentar