sanggar manunggaling dharmasastra
EKSLUSIF! Melihat Latihan Tari dan Wawancara Bersama Pelatihnya
Melihat langsung Bagaimana sih proses latihan seni tari .
Plus Wawancara Ekslusif dengan pelatihnya.
Yap. Teman – teman online ku... Sesuai dengan judul di atas. Jadi, saya sangat senang sekali, karena saya pernah melihat langsung bagaimana latihan tarian tari topeng, dan mewawancarai langsung pelatihnya.. Waahhh, keren kan. Penasaran kan ? yuk di simak pengalaman sayaaa, ........
Jadi teman – teman berawal dari tugas salah – satu mata kuliah di kampus saya, yang memberikan tugas untuk observasi salah satu sanggar seni yang ada di wilayah tiga Cirebon. Yaitu Cirebon, Majalengka, dan Kuningan. Dan tugas ini adalah tugas kelompok. Jadi bukan saya saja yang megobservasi sanggar, tapi ada lima teman saya lainnya ; Fajar, Eka, Puti, Elok, dan Azola. Kami bergabung dalam kelompok enam. Setelah didiskusikan dan mencari – cari sanggar seni mana yang akan kami kunjungi. Saya mengusulkan untuk mengunjungi sanggar seni Manunggaling Dharmasastra sebagai objek observasi kelompok kami. Dengan pertimbangan, bahwa sanggar tersebut dekat dengan kampus yaitu di daerah Kedawung. Teman – teman yang lainnya pun setuju. Dan pada hari Kamis kami sekelompok pergi mengunjungi sanggar tersebut dengan menggunakan kendaran mobil yang dipesan online melalui aplikasi. Sebelumnya pun kami sudah melakukan persiapan. Mulai dari yang membawa kamera, tripod, handphone, dan bingkisan buat pihak sanggar sebagai simbol ucapan terima kasih karena telah diperbolehkan untuk mengunjungi sanggar tersebut. Sebelumnya juga, saya telah mengadakan perjanjian dengan pihak sanggar untuk jadwal kedatangan kami. Karena kami tidak ingin, jika tiba – tiba datang, pihak sanggar merasa terganggu atas kedatangan yang mendadak serta dirasa kurang etis.
Setelah sholat dzuhur di mushola yang dekat dengan sanggar, kami langsung mengunjungi sanggar tersebut. Di sana kami melihat – lihat situasi kan kondisi sangga, yang kebetulan pada saat itu sanggar dalam tahap renovasi. Kami pun melakukan wawancara bersama pemilik dan pendiri sanggar yaitu Kang Nana ( tema – teman bisa melihat postingan saya sebelumnya, tentang wawancara saya dengan Kang Nana ). Wawancara dengan Kang Nana kurang lebih satu jam. Kami pun beristirahat kembali di mushola menunggu waktu ashar, karena setelah ashar biasanya sanggar tersebut mengadakan latihan seni tari.
Sekitar jam empat sore kurang. Kami kembali ke sanggar tersebut, dan betul saja, di sana sudah ada anggota sanggar yang tergabung dalam seni tari. Di sana pula ada teman – teman saya dari kelas lain yang akan melihat latihan seni tari di sanggar tersebut.
Saya bertugas sebagai pengambil video, sedangkan teman kelompok saya, Eka dan Puti mengambil poto dengan angel yang berbeda – beda.
Pada saat saya di sana. Anggota yang latihan ada satu orang pelatih, dan enam orang anggota yang terdiri dari satu orang dewasa dan lima orang anak kecil yang mengikuti gerakan serta arahan – arahan dari pelatih. Dimulai dari persiapan kostum yang pentingnya saja, seperti memakai sobra, selendang, dan topeng sebagai ciri khas tarian ini. Kemudian diaturnya posisi – posisi oleh pelatih, dan di awali dengan gerakan – gerakan dasar tanpa musik, melainkan dengan aba – aba hitungan dari satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, dan delapan. Selanjutnya berganti gerakan dan berhitung lagi dari angka satu sampai delapan, dan begitu pula selanjutnya. Setelah melakukan gerakan dasar, pelatih pun menyalakan sound system, sebagai alat bantu dalam menghasilkan musik untuk mengiringi latihan tari tradisional. Terlihat, jika dari ke enam anggota hanya satu anggota dewasa dan dua anggota anak kecil yang sudah lebih menguasai tarian dibandingkan anak – anak lainnya. Latihannya pun, menurut saya tidak terlalu serius. Ada kalanya mereka becanda, dan mengingatkan jika salah gerakan, atau gerakkan terlewat. Dan si pelatihnya pun memperhatikan satu demi satu anak didiknya agar sesuai gerakannya. Jika ada yang salah gerak, atau posisi kurang tepat. Maka, si pelatih mengingatkan atau menghampiri si anak dan membenarkannya. Gerakan demi gerakan di tampilkan oleh anggota sanggar kepada kami yang sedang asyik menonton di pinggir – pinggir tempat latihan. Ada yang fokus menikmati alurnya latihan, adapula fokusnya harus terbagi karena sedang merekam ataupun memotret momen – momen kami sedang menonton serta mengambil gambar yang latihan.
Sekitar jam lima kurang, latihanpun selesai. Karena waktu sudah sangat sore, langsung saja kami bergegas untuk meminta waktunya kepada sang pelatih, agar bersedia untuk kami wawancarai. Selanjutnya, Azola dan Puti lah yang mewawancarai sang pelatih dan saya sendiri yang menjadi pengambil video saat mereka wawancara.
Wawancara di awali dengan pembukaan seperti biasa. Kemudian pertanyaan demi pertanyaan di ajukan oleh Azola dan Puti kepada sang pelatih. Ringkasnya seperti dibawah inilah hasil wawancara kami.
Nurul Arofah atau yang biasa disapa Teh Ulfah, adalah salah satu pelatih di sanggar seni Manunggaling Dharmasastra. Teh Ulfah ini merupakan pelatih di bidang seni tari. Saat ditanya alasan apa yang membuat Teh Ulfah bergabung di sanggar seni ini, Teh Ulfah mengungkapkan bahwa ketertarikannya terhadap kesenian tradisional khususnya seni tari, dan ingin mencoba untuk menyalurkan serta berbagi pengetahuan tentang seni tari.
Menurut penuturan dari Teh Ulfah, di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasatra tidak hanya ada seni tari topeng. Melainkan ada juga kesenian lainnya, seperti seni tari kreasi, tari jaipong, dan seni tari tradisi. Dan Teh Ulfah adalah pelatih dari seni tari topeng. Kendala bagi Teh Ulfah sebgai pelatih adalah terkadang anggota yang latihan datang terlambat, sehingga mengahambat proses latihan berlangsung, ada juga anak – anak yang nakal, dan anak – anak yang susah diatur.
Sanggar seni Manunggaling Dharmasastra ini sudah banyak mengikuti acara – acara, seperti acara tujuh belasan, diundang ke acara pernikahan, acara adat, dan acara hajatan lainya. Untuk latihannya pun, terkadang bisa mencapai dua sampai tiga bulan lamanya, jika seni yang di pesan oleh pihak acara adalah kesenian yang jarang ditampilkan oleh sanggar. Sedangkan jika kesenian yang dipesan oleh pihak pengundang adalah kesenian yang sudah biasa ditampilkan, maka latihannyapun cukup dua sampai tiga minggu.
Untuk kostum tampil, biasanya mereka memakai yang ada. Jikapun ada yang belum punya, maka mereka bisa menyewa kostum tersebut. Untuk pembagian honor, Teh Ulfah membeberkan bahwa honor yang diterima oleh masing – masing penampil itu berbeda – beda. Tergantung dari berat ringan peran yang dilakoninya.
Dengan kehadiran kelompok kami kesana. Teh Ulfah berharap, bahwa generasi sekrang bisa memperhatikan secara lebih tari tradisional. Dan bisa belajar tari ataupun membaca mengenai kesenian tradisional. Boleh saja kita menyukai tarian modern, tapi jangan dilupakan tarian ataupun kesenian milik daerah kita. Karena sangat banyak sekali manfaat yang dirasakan oleh Teh Ulfah, seperti badan serasa lentur, sebagai olah tubuh, dan menjadi lahan mencari uang. Teh Ulfah merasa senang dan bangga bisa mengajarkan ilmu kesenian tradisional kepada anak – anak yang memiliki minat dan bakat terhadap tari tradisional.
Kiranya seperti itulah, hasil wawancara kami dengan Teh Ulfah sebagai salah – satu pelatih di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasatra.
Saya sangat mengucapkan terima kasih kepada Teh Ulfah, Kang Nana, dan pihak sanggar seni Manunggaling Dharmasastra, karena kesediaannya memperbolehkan kami mewawancarai dan mengunjungi sanggar. Sehingga sangat membantu kami dalam penyelesaian tugas.
Terima kasih juga, kepada teman – teman online saya, telah mengunjugi tulisan saya. Jangan lupa, baca dan kunjungi juga tulisan saya yang lainnya....
Posting Komentar
0 Komentar