SANGGAR SENI MANUNGGALING DHARMASASTRA


SANGGAR SENI MANUNGGALING DHARMASASTRA


Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra adalah salah satu sanggar di Cirebon, tepatnya di Jalan Syech Achmad Pangeran Panji, Desa Kolikoa, Kecamatan Kedawung, Kota Cirebon. Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra didirikan oleh Bapak Nana Suryana (Kang Nana, sapa akrabnya) pada tahunn 2011 dan dilegalisasikan secara hukum pada tahun 2017.

Tujuan Kang  Nana mendirikan sanggar seni ini yaitu untuk menyalurkan hobinya dan untuk membangun sebuah wadah penyaluran bakat kebudayaan tradisional unntuk di lestarikan, dan di perkenalkan serta untuk menarik peminat seni tradisional, khususnya anak-anak jaman sekarang. Di Sanggar Manunggaling Dharmasastra ini terdapat beberapa macam kesenian tradisional; seperti seni tari, seni musik, karawitan, dan seni drama tradisional. Untuk seni tari; ada seni tari topeng, seni tari wayang, dan seni tari kreasi.

Di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra terdapat tiga puluh anggota. Anggota di sanggar ini mulai dari usia SD sampai usia SMA. Sehingga seringkali ada hambatan latihan. Seperti daya tangkap dan daya ingat anak-anak berbeda. Inilah yang menjadi tugas pelatih untuk memahami dan melihat mana anggota yang memerlukan kebutuhan khusus dan mana anak yang sudah melampaui yang lainnya. Sehingga ada waktu tambahan bagi anggota yang belum bisa, hingga bisa mengejar anak-anak yang lain. Sedangkan jumlah pelatih di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasatra ini ada empat pelatih, dengan kemampuan seni yang berbeda-beda. Salah-satu pelatih di sanggar ini yaitu Nurul Arafah atau sering dipanggil Teh Ulfah. Alasan Teh Ulfah bergabung di sanggar ini dan bersedia sebagai pelatih ialah karena ketertarikan Teh Ulfah terhadap kesenian tradisional, khususnya kesenian tradisional dalam bidang seni tari. Dan juga Teh Ulfah ingin mencoba menyalurkan serta berbagi pengetahuan tentang seni tari kepada orang lain yang memiliki minat dan bakat pada bidang kesenian tari, terutama seni tari topeng.

Jadwal latihan di sanggar ini adalah pada hari Rabu, Sabtu, dan Minggu. Durasi latihan kurang lebih dua sampai tiga jam yang dimulai dari jam tiga  sore. Adapun untuk anggota dewasa biasanya melakukan latihan pada malam hari, karena ada kasibukan masing-masing. Untuk latihan pentas di berbagai acara. Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra cukup latihan dua sampai tiga minggu, jika kesenian yang diinginkan adalah kesenian yang para anggota di sanggar tersebut sudah terbiasa tampil. Adapun jika yang dipesan oleh pihak acara adalah kesenian yang belum para anggota kuasai, biasanya anggota sanggar ini latihan selama dua sampai tiga bulan.

Untuk biaya ikut latihan di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasatra, anggota yang bertempat tinggal disekitar sanggar tidak dikenakan biaya, sedangkan untuk anggota di luar daerah sanggar dipungut iuran sebesar Rp. 30.000 per bulan.

Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra sering menampilkan pertunjukkan di acara-acara hiburan, seperti tujuh belas Agustus, hari jadi kecamatan, di undang pada acara hajatan, hingga pada tahun 2018 pernah tampil di hadapan Bapak Presiden Joko Widodo. Biaya pementasan, kostum, dan tata rias, Kang Nana tidak bisa menjelaskan secara detail. Karena menurutnya persoalan biaya itu berbeda-beda, tergantung manajemen sanggarnya itu sendiri. Sedangkan Teh Ulfah menyebutkan, bahwa untuk biaya kostum itu bisa memakai kostum pribadi jika anggotanya sudah punya, dan bgai anggota yang belum punya kostum bisa menyewa. Untuk bayaran pementasan jika diundang ke acara hajatan, Teh Ulfah membeberkan bahwa honor yang diterima setiap masing – masing anggota berbeda. Tergantung peran yang dimainkannya.

Kang Nana berharap kepada anak-anak jaman sekarang untuk bisa tetap melestarikan kesenian tradisional agar tetap diminati pada masa kini. Kang Nana pun menjelaskan bahwa kita harus membuat inovasi dan kreativitas baru agar seni tradisional dapat tetap diminati dan tidak menjenuhkan penari dan penontonnya. Harapan terhadap anak milenial pun dimohon olrh Teh Ulfah, agar kita harus bisa memperhatikan secara lebih terhadap tari tradisional dan seni lokal lainnya. Boleh saja kita mengikuti jaman, menari tarian modern, dan menyukai kesenian internasional, tapi kita juga jangan melupakan kesenian tradisional asal daerah kita.

Manfaat yang dirasakan oleh Teh Ulfah selama bergabung di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasatra ini, menjadikan badan Teh Ulfah serasa lentur, dan nuga sebagaimolah tubuh, serta dalam pertunjukan tari Teh Ulfah dapat mencai penghasilan dan berbagi ilmu kepada anak – anak yang memiliki minat terhadap kesenian tardisional. Teh Ulfah merasa senang dan bersyukur serta merasa bangga bisa mengajarkan ilmu kepada anak-anak yang berlatih di Sanggar Seni Manunggaling Dharmastra.

(Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra dalam tahap renovasi) 

( Kami sedang mewawancarai pendiri sanggar seni Manunggaling Dharmasastra)


( kami sedang mewawancarai pelatih seni tari topeng dari sanggar seni Manunggaling Dharmasastra)









Posting Komentar

0 Komentar