Asal Usul Kesenian Tari Topeng Ireng
Salah satu jenis kesenian rakyat yang dikenal oleh masyarakat sekitar desa Kurahan adalah kesenian Topeng Ireng. Di kabupaten Magelang khususnya di Dusun Kurahan, seni rakyat Topeng Ireng sudah tidak asing lagi bagi masyarakatnya, karena tari tersebut sudah sejak lama dipertunjukkan. Tari rakyat Topeng Ireng muncul pertama kali di dusun Kurahan dengan wadah komunitas Kesenian Tradisional Topeng Purba, pada tahun 1988. Dari tahun 1988 hingga sekarang, tari Topeng Ireng sudah mengalami banyak perubahan.
Perubahan tersebut antara lain terdapat pada bentuk penyajian dan fungsinya. Dalam bentuk penyajian terdapat beberapa aspek-aspek dasar yang mengalami perubahan antara lain, motif gerak. Motif gerak kesenian Topeng Ireng yang sebelumnya hanya sebuah gerak tanpa teknik, setelah terdapat proses perubahan timbul faktor komposisi yang diolah menjadi gerakan yang beragam. Selain gerak, aspek-aspek yang mengalami perubahan adalah pola lantai dan bentuk rias busana yang digunakan.
Topeng Ireng biasa disebut dengan Dayakan atau Topeng Hitam muncul dalam masyarakat pedesaan pada tahun 1950-an. Kesenian ini menceritakan pola hidup orang pedalaman yang masih sangat melekat atau bergantung dengan alam. Komunitas Kesenian Tradisional Topeng Purba terbentuk 30 Maret 1988. Pada saat terdapat acara pembangunan masjid pertama kali di dusun Kurahan. Generasi muda dusun Kurahan berada di tengah lingkungan masyarakat yang masih menjunjung kesenian tradisional beserta nilai-nilai sakralnya. Ini dapat diamati ketika diadakan pertunjukan kuda lumping Turonggo Mudo, peristiwa intrance pasti bisa dinikmati. Keadaan lingkungan yang kondusif untuk berkesenian dan kesempatan inilah yang kemudian mendorong beberapa generasi muda pada saat itu untuk mendirikan perkumpulan sebagai wadah berkesenian.
Kesenian Topeng Ireng berisi beberapa jenis bentuk kesenian yaitu Rodat, Momolan dan Kewan-kewanan. Pengembangan unsur-unsur artistik yang ada dikreasikan dan dikemas, serta disesuaikan dengan tuntutan kualitas garapan koreografi seni pertunjukan yang inovatif. Sehingga, seni Topeng Ireng memiliki daya tarik tersendiri. Bentuk Penyajian Kesenian Topeng Ireng Penyajian dapat berarti proses pembuatan atau cara menyajikan, pengaturan penampilan tentang pertunjukkan. Penyajian ini menyangkut kepuasan atau kenikmatan sebuah tontonan pertunjukkan.
Lebih jelasnya bentuk penyajian adalah suatu keseluruhan yang menunjukkan suatu kesatuan integral yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait. Terdapat 7 komponen dalam satu kesatuan bentuk penyajian, komponen-komponen tersebut adalah (1) tema, (2) gerak, (3) pola lantai, (4) iringan, (5) rias dan busana, (6) properti, (7) jumlah Penari.
Bentuk penyajian Topeng Ireng yang dimaksud adalah bentuk penyajian dari kesenian Topeng Ireng yang asli dan tertua yang dijadikan ciri bagi pertunjukkan tari yang ada di Kurahan Cawangsari.Tema yang digarap dalam kesenian Topeng Ireng ini adalah tentang proses penyebaran agama. Hal ini terkait dengan mayoritas penduduk di Kurahan yang mayoritas menganut agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan gerak Topeng Ireng yang bermakna persembahan (gerak hormat, jengkeng, melingkar) dan gerak dinamis yang mengekspresikan rasa kebersamaan, kekompakan, kesatuan tekad serta semangat untuk terus membangun dan menegakkan kebenaran serta menyingkirkan kemungkaran (gerak silat).
Pola lantai yang digunakan adalah pola sejajar dan pola lingkaran. Pola sejajar merupakan salah satu pola bentuk atau formasi kelompok yang menimbulkan kesan sederhana tetapi tegas sedangkan pola lingkaran menggambarkan makna kebersamaan dan sifat berkesinambungan.Tari sebagai desain gerak dalam penyajiannya tidak terlepas dari musik pengiring, karena dalam hal ini tari dan musik berhubungan erat (Hadi, 1996:31). Musik akan selalu memberi tekanan ekspresi suatu gerak, seperti yang dikatakan Sumarsam (2002:8) musik adalah manifestasi proses pengolahan kedalaman rasa dari penciptanya. Jadi musik adalah partner dari sebuah karya tari yang tak bisa ditinggalkan. Iringan dalam kesenian Topeng Ireng terdiri dari beberapa alat musik yaitu: kecrek, jidhor, seruling, dhogdog, dan bendhe.
Melalui beberapa alat musik yang mudah dijumpai tersebut, komunitas ini mempertahankan tradisinya. Dengan tujuan awal sebagai alat syiar agama Islam, para pemusik membuat beberapa lagu sebagai pengiring tarian. Lagu-lagu tersebut berisikan ajakan bagi para masyarakat sekitar untuk lebih giat beribadah. Dalam setiap pertunjukan, pemusik menggunakan tiga sampai empat lagu sebagai pengiring kesenian Topeng Ireng yang dibunyikan secara bersambung atau non stop. Pada saat pertama kali tari ini dipertunjukkan, musik yang digunakan adalah musik religi (nuansa Islam yang kental). Walaupun syair mengandung nilai agama yang kuat tetapi warga sekitar Kurahan Kabupaten Magelang maupun dari dusun lain tetap tertarik untuk menikmati penyajian tersebut. Berikut merupakan salah satu contoh lagu yang digunakan utk mengiringi pementasan Topeng Ireng di Kurahan.
Ayo Poro Konco
Ayo poro konco olah rogo supoyo badane roso.
Sinambi moco erang-erang kawulo miturut agama.
Ayo poro sedulur Islam sedoyo bebarengan ngormatono,
maring Mi’ roj’ e junjungan Nabi kito Nabi Muhammad kang mulyo.
Ayo poro kaum muslimin muslimat sarto pemudo
fatayat, podo giato anggone menghormati maring Mi’ raj’ Nabi Muhammad
Lamun wong urip ra gelem menghormati,
mbesuk yen ono akhirat bakal kaparingan sikso lan laknatgeni naroko kang mbulat
Namun kang podo golong menghormati maring Mi’ raj’ Njeng Nabi,
Mbesok yen kito tumeko ing pati di ganjar suwargo kang edi
Lafal Inadiina Indalohil Islam iku dhawuhe Pangeran,
agomo mungguhe Gusti Alloh Islam iku den lakoni tenan
Milo ayo podo seduluran, natepono ing kewajiban.
Ayat kang kasebul ono ing dalem Qur’an terang dhawuhe Pangeran.
Milo sadulur kang samyo mrikso mugi enggal lan tindakno.
Agomo Islam kang luwih utomo iku dadi kewajibannya.
Artinya;
Mari teman-teman berolahraga supaya badan sehat.
Sambil membaca lagu-lagu saya menurut agama.
Mari saudara Islam semua bersama menghormati Mi’ roj’ nya sembahan nabi kita Nabi Muhammad yang mulia.
Mari para kaum muslimin dan muslimat serta pemuda remaja
giatlah menghormati kepada Mi’ raj’ Nabi Muhammad.
Jika orang hidup tidak mau menghormati besok jika ada akhirat akan mendapatkan siksa api neraka yang berkobar.
Tetapi yang termasuk orang yang menghormati kepada Mi’ raj’ Nabi
besok jika saatnya meninggal dibayar dengan surga yang indah.
lafal Inadiina Indalohil Islam itu perintah Pangeran agama Gusti Allah
Islam itu harus dilakukan serius.
Karena itu mari saudara semua
Lakukanlah kewajiban Jika saudara yang sudah mengetahui lebih baik segeralah lakukan
Agama Islam yang lebih utama
itu jadi kewajibannya
Syair lagu di atas merupakan salah satu lagu yang digunakan dalam pementasan openg Ireng. Secara garis besar berisi ajakan untuk memperdalam sisi religius masyarakat penyangganya. Selain iringan rias busana juga merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam sebuah pementasan tari, sama halnya rias busana yang digunakan dalam pementasan Topeng Ireng. Pengertian busana yang dimaksud adalah pakaian yang digunakan secara khusus dalam suatu suasana atau peristiwa tertentu. Pemakaian busana tari tidak sama dengan busana sehari-hari atau harian, lebih-lebih busana yang digunakan untuk tarian yang mengambil tema wayang atau cerita klasik. Sedangkan dalam bentuk dan warna telah memiliki aturan yang baku disesuaikan dengan cerita. Bastomi (1985:45) mengatakan bahwa warna memiliki arti simbolis, sebab secara umum setiap bangsa secara turun temurun telah memberikan pengertian yang bersifat simbolis pada warna-warna tertentu.
Arti simbol warna bila dihubungkan dengan kepentingan tari, adalah:
1. Warna merah merupakan simbol keberanian dan agresif.
2. Warna biru merupakan simbol kesetiaan.
3. Warna kuning merupakan simbol keceriaan atau kesan ceria.
4. Warna hitam merupakan simbol kebijaksanaan atau kemantapan jiwa.
5. Warna putih merupakan simbol kesucian atau bersih.
Busana yang digunakan yang memiliki kemiripan dengan kostum Dayak. Hal ini memang sengaja dilakukan sebagai penguat tema kesenian ini. Busana yang digunakan antara lain (1) mahkota Dayak, (2) Iket, (3) kaos hitam, (4) kalung rumbai, (5) klat bahu rumbai, (6) celana, (7) rok rumbai, (8) Binggel (krincing), dan (9) sepatu.
Sementara itu, untuk rias menggunakan fantasy make-up yang berarti rias wajah agar wajah berubah sesuai dengan fantasi perias, dapat bersifat realistis atau non realistis, sesuai dengan kreativitas periasnya (Wahyu, 2006: 66). Sebuah perubahan atau perkembangan terhadap segala bentuk seni dapat terjadi kapan saja dan oleh siapa saja, mengingat sebuah karya seni tidak saja melibatkan seniman tetapi juga melibatkan lingkungan sosial budaya masyarakat ditempat kesenian itu tumbuh dan berkembang.
Seperti dalam bukunya Restorasi Seni Tari dan Transformasi Budaya, Sumaryono menyatakan bahwa; Ruang dan waktu memiliki arti dan makan serta terkait dengan kehidupan dan perkembangan dunia tari, apalagi dikaitkan dengan permasalahan dan hakikat tari itu sendiri, yang di dalamnya terkandung gerak, ruang dan waktu.
Penyajian gerak yang merupakan media ungkap melalui tubuh manusia, dalam hal ini lewat tubuh penarinya, sedangkan ruang adalah spaceatau tempat dengan segala infrastruktur yang diciptakannya, di mana penari mengekspresikan suatu koreografi, sedangkan waktu merujuk pada pengertian bahwa tari dalam pengertian sosio-budaya makro senantiasa memberikan kesaksian pada kehidupan dan perkembangan tari. Berakar dari konsep tersebut menghasilkan suatu kesimpulan bahwa kesenian Topeng Ireng merupakan hasil kreativitas masyarakat dalam bingkai ruang dan waktu.
Perubahan tersebut antara lain terdapat pada bentuk penyajian dan fungsinya. Dalam bentuk penyajian terdapat beberapa aspek-aspek dasar yang mengalami perubahan antara lain, motif gerak. Motif gerak kesenian Topeng Ireng yang sebelumnya hanya sebuah gerak tanpa teknik, setelah terdapat proses perubahan timbul faktor komposisi yang diolah menjadi gerakan yang beragam. Selain gerak, aspek-aspek yang mengalami perubahan adalah pola lantai dan bentuk rias busana yang digunakan.
Topeng Ireng biasa disebut dengan Dayakan atau Topeng Hitam muncul dalam masyarakat pedesaan pada tahun 1950-an. Kesenian ini menceritakan pola hidup orang pedalaman yang masih sangat melekat atau bergantung dengan alam. Komunitas Kesenian Tradisional Topeng Purba terbentuk 30 Maret 1988. Pada saat terdapat acara pembangunan masjid pertama kali di dusun Kurahan. Generasi muda dusun Kurahan berada di tengah lingkungan masyarakat yang masih menjunjung kesenian tradisional beserta nilai-nilai sakralnya. Ini dapat diamati ketika diadakan pertunjukan kuda lumping Turonggo Mudo, peristiwa intrance pasti bisa dinikmati. Keadaan lingkungan yang kondusif untuk berkesenian dan kesempatan inilah yang kemudian mendorong beberapa generasi muda pada saat itu untuk mendirikan perkumpulan sebagai wadah berkesenian.
Kesenian Topeng Ireng berisi beberapa jenis bentuk kesenian yaitu Rodat, Momolan dan Kewan-kewanan. Pengembangan unsur-unsur artistik yang ada dikreasikan dan dikemas, serta disesuaikan dengan tuntutan kualitas garapan koreografi seni pertunjukan yang inovatif. Sehingga, seni Topeng Ireng memiliki daya tarik tersendiri. Bentuk Penyajian Kesenian Topeng Ireng Penyajian dapat berarti proses pembuatan atau cara menyajikan, pengaturan penampilan tentang pertunjukkan. Penyajian ini menyangkut kepuasan atau kenikmatan sebuah tontonan pertunjukkan.
Lebih jelasnya bentuk penyajian adalah suatu keseluruhan yang menunjukkan suatu kesatuan integral yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait. Terdapat 7 komponen dalam satu kesatuan bentuk penyajian, komponen-komponen tersebut adalah (1) tema, (2) gerak, (3) pola lantai, (4) iringan, (5) rias dan busana, (6) properti, (7) jumlah Penari.
Bentuk penyajian Topeng Ireng yang dimaksud adalah bentuk penyajian dari kesenian Topeng Ireng yang asli dan tertua yang dijadikan ciri bagi pertunjukkan tari yang ada di Kurahan Cawangsari.Tema yang digarap dalam kesenian Topeng Ireng ini adalah tentang proses penyebaran agama. Hal ini terkait dengan mayoritas penduduk di Kurahan yang mayoritas menganut agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan gerak Topeng Ireng yang bermakna persembahan (gerak hormat, jengkeng, melingkar) dan gerak dinamis yang mengekspresikan rasa kebersamaan, kekompakan, kesatuan tekad serta semangat untuk terus membangun dan menegakkan kebenaran serta menyingkirkan kemungkaran (gerak silat).
Pola lantai yang digunakan adalah pola sejajar dan pola lingkaran. Pola sejajar merupakan salah satu pola bentuk atau formasi kelompok yang menimbulkan kesan sederhana tetapi tegas sedangkan pola lingkaran menggambarkan makna kebersamaan dan sifat berkesinambungan.Tari sebagai desain gerak dalam penyajiannya tidak terlepas dari musik pengiring, karena dalam hal ini tari dan musik berhubungan erat (Hadi, 1996:31). Musik akan selalu memberi tekanan ekspresi suatu gerak, seperti yang dikatakan Sumarsam (2002:8) musik adalah manifestasi proses pengolahan kedalaman rasa dari penciptanya. Jadi musik adalah partner dari sebuah karya tari yang tak bisa ditinggalkan. Iringan dalam kesenian Topeng Ireng terdiri dari beberapa alat musik yaitu: kecrek, jidhor, seruling, dhogdog, dan bendhe.
Melalui beberapa alat musik yang mudah dijumpai tersebut, komunitas ini mempertahankan tradisinya. Dengan tujuan awal sebagai alat syiar agama Islam, para pemusik membuat beberapa lagu sebagai pengiring tarian. Lagu-lagu tersebut berisikan ajakan bagi para masyarakat sekitar untuk lebih giat beribadah. Dalam setiap pertunjukan, pemusik menggunakan tiga sampai empat lagu sebagai pengiring kesenian Topeng Ireng yang dibunyikan secara bersambung atau non stop. Pada saat pertama kali tari ini dipertunjukkan, musik yang digunakan adalah musik religi (nuansa Islam yang kental). Walaupun syair mengandung nilai agama yang kuat tetapi warga sekitar Kurahan Kabupaten Magelang maupun dari dusun lain tetap tertarik untuk menikmati penyajian tersebut. Berikut merupakan salah satu contoh lagu yang digunakan utk mengiringi pementasan Topeng Ireng di Kurahan.
Ayo Poro Konco
Ayo poro konco olah rogo supoyo badane roso.
Sinambi moco erang-erang kawulo miturut agama.
Ayo poro sedulur Islam sedoyo bebarengan ngormatono,
maring Mi’ roj’ e junjungan Nabi kito Nabi Muhammad kang mulyo.
Ayo poro kaum muslimin muslimat sarto pemudo
fatayat, podo giato anggone menghormati maring Mi’ raj’ Nabi Muhammad
Lamun wong urip ra gelem menghormati,
mbesuk yen ono akhirat bakal kaparingan sikso lan laknatgeni naroko kang mbulat
Namun kang podo golong menghormati maring Mi’ raj’ Njeng Nabi,
Mbesok yen kito tumeko ing pati di ganjar suwargo kang edi
Lafal Inadiina Indalohil Islam iku dhawuhe Pangeran,
agomo mungguhe Gusti Alloh Islam iku den lakoni tenan
Milo ayo podo seduluran, natepono ing kewajiban.
Ayat kang kasebul ono ing dalem Qur’an terang dhawuhe Pangeran.
Milo sadulur kang samyo mrikso mugi enggal lan tindakno.
Agomo Islam kang luwih utomo iku dadi kewajibannya.
Artinya;
Mari teman-teman berolahraga supaya badan sehat.
Sambil membaca lagu-lagu saya menurut agama.
Mari saudara Islam semua bersama menghormati Mi’ roj’ nya sembahan nabi kita Nabi Muhammad yang mulia.
Mari para kaum muslimin dan muslimat serta pemuda remaja
giatlah menghormati kepada Mi’ raj’ Nabi Muhammad.
Jika orang hidup tidak mau menghormati besok jika ada akhirat akan mendapatkan siksa api neraka yang berkobar.
Tetapi yang termasuk orang yang menghormati kepada Mi’ raj’ Nabi
besok jika saatnya meninggal dibayar dengan surga yang indah.
lafal Inadiina Indalohil Islam itu perintah Pangeran agama Gusti Allah
Islam itu harus dilakukan serius.
Karena itu mari saudara semua
Lakukanlah kewajiban Jika saudara yang sudah mengetahui lebih baik segeralah lakukan
Agama Islam yang lebih utama
itu jadi kewajibannya
Syair lagu di atas merupakan salah satu lagu yang digunakan dalam pementasan openg Ireng. Secara garis besar berisi ajakan untuk memperdalam sisi religius masyarakat penyangganya. Selain iringan rias busana juga merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam sebuah pementasan tari, sama halnya rias busana yang digunakan dalam pementasan Topeng Ireng. Pengertian busana yang dimaksud adalah pakaian yang digunakan secara khusus dalam suatu suasana atau peristiwa tertentu. Pemakaian busana tari tidak sama dengan busana sehari-hari atau harian, lebih-lebih busana yang digunakan untuk tarian yang mengambil tema wayang atau cerita klasik. Sedangkan dalam bentuk dan warna telah memiliki aturan yang baku disesuaikan dengan cerita. Bastomi (1985:45) mengatakan bahwa warna memiliki arti simbolis, sebab secara umum setiap bangsa secara turun temurun telah memberikan pengertian yang bersifat simbolis pada warna-warna tertentu.
Arti simbol warna bila dihubungkan dengan kepentingan tari, adalah:
1. Warna merah merupakan simbol keberanian dan agresif.
2. Warna biru merupakan simbol kesetiaan.
3. Warna kuning merupakan simbol keceriaan atau kesan ceria.
4. Warna hitam merupakan simbol kebijaksanaan atau kemantapan jiwa.
5. Warna putih merupakan simbol kesucian atau bersih.
Busana yang digunakan yang memiliki kemiripan dengan kostum Dayak. Hal ini memang sengaja dilakukan sebagai penguat tema kesenian ini. Busana yang digunakan antara lain (1) mahkota Dayak, (2) Iket, (3) kaos hitam, (4) kalung rumbai, (5) klat bahu rumbai, (6) celana, (7) rok rumbai, (8) Binggel (krincing), dan (9) sepatu.
Sementara itu, untuk rias menggunakan fantasy make-up yang berarti rias wajah agar wajah berubah sesuai dengan fantasi perias, dapat bersifat realistis atau non realistis, sesuai dengan kreativitas periasnya (Wahyu, 2006: 66). Sebuah perubahan atau perkembangan terhadap segala bentuk seni dapat terjadi kapan saja dan oleh siapa saja, mengingat sebuah karya seni tidak saja melibatkan seniman tetapi juga melibatkan lingkungan sosial budaya masyarakat ditempat kesenian itu tumbuh dan berkembang.
Seperti dalam bukunya Restorasi Seni Tari dan Transformasi Budaya, Sumaryono menyatakan bahwa; Ruang dan waktu memiliki arti dan makan serta terkait dengan kehidupan dan perkembangan dunia tari, apalagi dikaitkan dengan permasalahan dan hakikat tari itu sendiri, yang di dalamnya terkandung gerak, ruang dan waktu.
Penyajian gerak yang merupakan media ungkap melalui tubuh manusia, dalam hal ini lewat tubuh penarinya, sedangkan ruang adalah spaceatau tempat dengan segala infrastruktur yang diciptakannya, di mana penari mengekspresikan suatu koreografi, sedangkan waktu merujuk pada pengertian bahwa tari dalam pengertian sosio-budaya makro senantiasa memberikan kesaksian pada kehidupan dan perkembangan tari. Berakar dari konsep tersebut menghasilkan suatu kesimpulan bahwa kesenian Topeng Ireng merupakan hasil kreativitas masyarakat dalam bingkai ruang dan waktu.
Posting Komentar
0 Komentar