Semua Tentang : Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra


SANGGAR SENI MANUNGGALING DHARMASASTRA

Di blog ini, saya akan membahas salah satu Sanggar Seni yang ada di Kota Cirebon. Sebelum itu, apakah kalian tahu, apasih yang dimaksud sanggar itu?

Sanggar adalah salah satu sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melaksanakan suatu kegiatan. Sangar seni merupakan suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk berkegiatan seni. Seperti seni tari, seni lukis, seni kerajinan, atau kriya, seni peran, dsb. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran tentang seni,byang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua proses hampir sebagian besar dilakukan di dalam sanggar (tergantung ada tidaknya fasilitas dalam sanggar). Sanggar seni termasuk ke dalam jenis pendidikan non formal. Sanggar seni biasanya didirikan secara mandiri atau perorangan. Mengenai tempat dan fasilitas belajar dalam sanggar tergantung dsri kondisi masing-masing sanggar, ada yang kondisinya sangat terbatas namun ada juga yang memiliki fasilitas lengkap. Selain itu, sistem pembelajaran atau seluruh kegiatan bersifat fleksibel, tergantung kebijakan sanggar masing-masing. ( sumber : wikipedia).

Di kota Cirebon, sangat banyak sekali sanggar seni yang masih aktif. Salah satunya adalah sanggar yang akan saya bahas. Yaitu Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra. Di mana, saya akan menulis mengenai sanggar ini menurut pengetahuan saya. Ketika saya dan teman-teman lainnya mengunjungi sanggar ini untuk melakukan kegiatan observasi sanggar, sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Teknologi dan Informasi. Dan saya serta teman – teman yang satu kelompok melakukan sesi wawancara dengan pemilik dan pendiri Sanggar Seni Manunggaling Dharmasatra.

Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra adalah salah satu sanggar seni yang masih aktif di Kota Cirebon. Lokasi Sanggar Manunggaling Dharmasatra ini berada di Jalan Syech Achmad Pangeran Panji, Desa Kolikoa, Kecamatan Kedawung, Kota Cirebon. Berjarak 5,4 kilometer dari Terminal Bus Harjamukti, 2.4 kilometer dari kampus utama Uiversitas Swadaya Gunung Jati ( UGJ / yang lebih di kenal dengan nama Unswagati ), dan berjarak 1,4 kilo meter dari Jalan Brigjend Dharsono, dari jalan besar ini, kita bisa turun dari bus atau transportasi umum yang menuju Majalengka, Indramayu, Palimanan, Arjawinangun, atau yang melewati Jalan Brigjend Dharsono. Kita bisa turun tepat di depan gapura yang bertulis “Kawasan Bima”, dan berjalan kaki sekitar delapan belas menit. Jika kita merasa terlalu jauh atau malas untuk melangkahkan kaki, kita bisa menggunakan transportasi ojek online untuk bisa menempuh jarak tersebut, atau pun menggunakan kendaraan pribadi.

Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra didirikan oleh Bapak Nana Suryana (Kang Nana, sapa akrabnya) pada tahun 2011 yang baru dilegalisasikan secara hukum pada tahun 2017. Dan sampai saat ini, Sanggar Seni Maunggaling Dharmasatra ini masih aktif berdiri dan rutin latihan.

Tujuan Kang  Nana mendirikan Sanggar Seni Manunggaling Dharmasatra ini yaitu untuk menyalurkan hobi Kang Nana yang gemar bermain kesenian tradisional, dan untuk membangun sebuah wadah / sebagai tempat pembelajaran serta penyaluran bakat masyrakat setempat dalam bidang kebudayaan tradisional.  Dan berharap, dengan di dirikannya Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra ini kebudayaan lokal agar untuk bisa tetap di lestarikan, dan di perkenalkan serta untuk menarik peminat seni tradisional, khususnya anak-anak jaman sekarang.

Di Sanggar Manunggaling Dharmasastra ini terdapat beberapa macam kesenian tradisional; seperti seni tari, seni musik, karawitan, dan seni drama tradisional. Untuk seni tari ; ada seni tari topeng, seni tari wayang, dan seni tari kreasi.

 Di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra terdapat tiga puluh anggota dan empat pelatih, dengan kemampuan seni yang berbeda - beda sesuai dengan keahlian di bidang seni masing-masing. Anggota di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra ini dimulai dari usia SD sampai usia SMA. Sehingga seringkali ada beberapa hambatan ketika kegiatan latihan. Seperti daya tangkap dan daya ingat anak - anak berbeda. Inilah yang menjadi tugas pelatih untuk memahami dan melihat mana anggota yang memerlukan kebutuhan khusus dan mana anak yang sudah melampaui anak yang lainnya. Sehingga, ada waktu tambahan bagi anggota yang belum bias menyesuaikan latihan seperti anak yang lainnya, hingga bisa mengejar anak-anak yang lain.

Jadwal latihan di Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra ini adalah pada hari Rabu, Sabtu, dan Minggu. Dengan durasi latihan kurang lebih  dua sampai tiga jam yang di mulai dari jam tiga sore. Adapun untuk anggota dewasa biasanya melakukan latihan pada malam hari, karena ada kesibukan masing - masing.

Untuk biaya latihan di Sanggar Manunggaling Dharmasastra ini, biasanya anak – anak di kenakan iuran 30.000 per bulan, bagi anak – anak yang berasal dari luar daerah Sanggar. Sedangkan bagi anak – anak yang rumahnya berada di dekat lingkungan Sanggar itu gratis, alias tidak di kenakan biaya.

Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra juga sering menampilkan pertunjukkan di acara -acara hiburan, seperti pada perayaan hari kemerdekaan Indonesia yaitu acara tujuh belas Agustus, hari jadi kecamatan, dan sering juga di undang pada acara hajatan warga sekitar. Dan pada tahun 2018, Sanggar Manunggaling Dharmasatra pernah tampil di hadapan Bapak Presiden Joko Widodo di Hotel Radiant, Kuningan Jawa Barat.

Untuk masalah biaya pementasan. Seperti biaya kostum, tata rias, biaya transportasi, biaya konsumsi, hingga biaya jika di undang oleh pihak yang memiliki hajat. Kang Nana tidak bisa menjelaskan secara detail. Karena menurutnya persoalan biaya itu berbeda - beda, tergantung manajemen sanggarnya itu sendiri.

Pada masa yang serba teknlogi dan western ini, Kang Nana ada pesan-pesan yang di sampaikan untuk remaja milenial Indonesia khususnya remaja Cirebon. Kang Nana berharap kepada anak - anak jaman sekarang untuk bisa tetap melestarikan kesenian tradisional agar tetap diminati pada masa kini. Apalagi anak – anak milenial jaman sekarang ini, lebih menyukai seni – seni yang berasal dari luaran sana dan mulai meninggalkan kesenian lokal asal daerah masing – masing. Kang Nana pun menjelaskan bahwa untuk menarik perhatian remaja dan anak – anak jaman sekarang ini, kita harus membuat inovasi - inovasi dan kreativitas baru agar seni tradisional dapat tetap diminati dan tidak menjenuhkan penari serta penontonnya.  Karena menurut Kang Nana, tidak masalah jika sebuah seni di tambahkan inovasi – inovasi baru, selama hal – hal yang baru itu masih selaras dengan hal yang akan di kolaborasikan. Apalagi melihat keadaan dan situasi sekarang, harus ada gebrakan baru yang isinya mengandung unsur – unsur tradisinal dan hal – hal modern jaman sekarang, agar lebih menarik dan cepat dengan mudah di senangi oleh masyarakat milenial.

Nah, sekiranya seperti itulah sekilas tentang Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra. Tulisan ini adalah pengembangan dari hasil wawancara saya sekelompok dengan Kang Nana.

Jika beliau membaca tulisan ini, saya sangat mengucapkan terima kasih banyak, atas kelapangan hati Kang Nana yang telah menyediakan waktunya bagi saya sekelompok dapat melakukan observasi ke Sanggar Seni Manunggaling Dharmasastra serta melakukan wawancara dengan Kang Nana, sehingga memudahkan tugas kami.


Hai pembaca setia blog saya..

Terima kasih atas kesediaan waktunya untuk membaca tulisan ini, baca dan kunjungi juga tulisan blog lainnya, ya.......








          


Posting Komentar

0 Komentar