Sanggar Seni Budaya

Sanggar Seni


Sanggar seni adalah suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk berkegiatan seni seperti seni tari, seni lukis, seni kerajinan atau kriya, seni peran dan lain sebagainya. Kegiatan yang ada dalam sebuah sanggar seni berupa kegiatan pembelajaran tentang seni, yang meliputi proses dari pembelajaran, penciptaan hingga produksi dan semua proses hampir sebagian besar dilakukan di dalam sanggar tergantung ada tidaknya fasilitas dalam sanggar, sebagai contoh apabila menghasilkan karya berupa benda patung, lukisan, kerajinan tangan dan lain-lain maka proses akhir adalah pemasaran atau pameran,apabila karya seni yang dihasilkan bersifat seni pertunjukan teater, tari, pantomim dan lain-lain maka proses akhir adalah pementasan.

Sanggar seni termasuk ke dalam jenis pendidikan nonformal. Sanggar seni biasanya didirikan secara mandiri atau perorangan, mengenai tempat dan fasilitas belajar dalam sanggar tergantung dari kondisi masing-masing sanggar ada yang kondisinya sangat terbatas namun ada juga yang memiliki fasilitas lengkap, selain itu sistem atau seluruh kegiatan yang terjadi dalam sanggar seni sangat fleksibel, seperti menyangkut prosedur administrasi, pengadaan sertifikat, pembelajaran yang menyangkut metode pembelajaran hingga evaluasi dll, mengikuti peraturan masing-masing sanggar seni, sehingga antara sanggar seni satu dengan lainnya memiliki peraturan yang belum tentu sama. Karena didirikan secara mandiri, sanggar seni biasanya berstatus swasta, dan untuk penyetaraan hasil pendidikannya harus melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah agar bisa setara dengan hasil pendidikan formal.

Kepala Disdikbud Lahat Drs Sutoko,Msi melalui Kabid Kebudayaan Drs Erlambang,MM mengemukakan, seni budaya dan kearifan lokal yang dimiliki harus dapat dikenalkan kepada masyarakat sejak usia dini. Apalagi, pada era modernisasi saat ini yang dapat mempengaruhi kelestarian budaya seperti tarian dan lagu tradisional. Olehkarena itu, fungsi sanggar seni di setiap sekolah akan dioptimalkan agar aktivitas yang dilakukan menjurus pada kesenian dan kebudayaan daerah.

“Seni budaya dan kearifan lokal harus dikenalkan kepada pelajar sejak tingkat TK hingga ke tingkat sekolah menengah. Karena, kecanggihan teknologi saat ini bisa membawa efek yang tidak baik bagi kesenian dan kebudayaan asli daerah, karenanya seluruh sekolah harus mengoptimalkan sanggar seni,” tukasnya.
Disamping itu, kata Erlambang, pihaknya  mengajak masyarakat supaya mencintai cagar budaya yang ada di Kabupaten Lahat, baik itu situs megalith, rumah-rumah peninggalan zaman dulu,dan sebagainya. Sehingga dapat  membuat masyarakat tahu jika adat istiadat serta keberadaan batu megalit memiliki sejarah yang tinggi dan harus dijaga kelestariannya meskipun letaknya berada jauh dari tempat tinggal. “Lahat memiliki aneka ragam peninggalan pra sejarah yang bernilai tinggi, hal ini juga dapat memberikan efek bagi daerah khususnya sektor pariwisata. Makanya, kami mengajak pelajar untuk dapat mengenal lebih dekat peninggalan pra sejarah yang dimiliki itu,” urainya.

Dia berharap pihak sekolah untuk mengajak anak didiknya melakukan kunjungan ke situs  megalit karena sangat bermanfaat untu

Fungsi sanggar bahasa dan sastra Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua fungsi:
(1) Sosial
(2) Personal atau individual

Sanggar bahasa dan sastra Indonesia berfungsi sosial:
a) menjadi alat pemersatu warga sekolah
b) alat berkomunikasi
c) alat edukatif

Dalam kaitannya dengan fungsi personal individual, sanggar bahasa dan sastra Indonesia berfungsi ekspresif, regulatori, referensial, heuristik, estetik, dan kreatif.
Ada berbagai tujuan sanggar bahasa dan sastra Indonesia. Tujuan ini meliputi aspek kognitif (pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap). Tujuan ini dibedakan atas jangka pendek dan jangka
panjang.

Tujuan jangka pendek sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah membina siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam mengelola kegiatan bahasa Indonesia, misalnya majalah sekolah, majalah dinding, penyuntingan, kepewaraan, dan pidato. Selain itu, sanggar bahasa dan sastra Indonesia bertujuan untuk membina siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya) untuk mengetahui dan aktif dalam mengelola kegiatan sastra Indonesia misalnya apresiasi puisi, apresiasi cerpen, drama radio, dan drama panggung.

Tujuan jangka panjang sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai sarana untuk menumbuhkan kreativitas, jiwa mandiri, kritis siswa dan guru (atau warga sekolah lainnya).

Sasaran pengelolaan sanggar bahasa dan sastra Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Siswa
2) Guru bahasa dan sastra Indonesia
3) Penutur asli bahasa Indonesia
4) Pemakai bahasa Indonesia sebagai bahasa asing.

Ruang lingkup kegiatan sanggar bahasa dan sastra Indonesia meliputi kegiatan produksi dan kreasi bahasa dan sastra Indonesia.

Adapun materi sanggar meliputi :
1) Majalah sekolah
2) Majalah dinding
3) Penyuntingan bahasa
4) Kepewaraan
5) Pidato
6) Apresiasi puisi
7) Apresiasi cerpen
8) Drama radio, dan
9) Drama panggung

Dr Samsidar Tan¬jung SPd, Jumat (22/9) mengatakan, se¬tiap tahunnya LPM Unimed rutin me-nyelenggarakan kegiatan Program Pe¬ngabdian Kepada Masyarakat (PKM). Ia pun turut serta dalam program tersebut yang diselenggarakan pada Senin (18/9) lalu.

"Mitra sasaran dalam program PKM saya ini yaitu para pelestari kesenian tradisional Tari Angguk di Desa Kolam dan Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Seituan. Saya menilai bahwa kesenian tradisional ini perlu dilestari¬kan. Sebab, selain merupakan aset ke¬arifan lokal desa tersebut, kesenian ini juga merupakan salah satu kesenian yang berperan sebagai media penyebaran agama Islam di Indonesia khususnya di Pu¬lau Jawa pada masa Wali Songo," katanya.

Ia menyebutkan, selama ini, usaha untuk melestarikan kesenian tradisional di Desa Kolam dan Desa Bandar Khalipah hanya dilakukan oleh ketua sanggar dan anggota dengan dana swadaya anggota. Mereka (para ketua sanggar) pun menyayangkan minimnya perhatian dan keikutsertaan pemerintah dalam pelestarian kesenian Tari Angguk dan kesenian lain yang ada di Kecamatan Percut Seituan.

"Padahal selain bertujuan untuk melestarikan kesenian ini, sanggar-sanggar ini juga turut serta berupaya menekan angka penyakit sosial yang ada di dalam masyarakat khususnya di kalangan remaja. Sanggar Tari Wahyu Sekar Manunggal dan Sekar Remaja misalnya, sejauh ini merupakan sebuah sanggar seni yang merasa turut serta bertanggung jawab terhadap usaha mengurangi penyakit sosial yang ada di masyarakat. Sanggar ini sejak didirikan tahun 2004 lalu telah merangkul para remaja sekitar yang terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba untuk berga¬bung ke dalam sanggar dan mening¬galkan kebiasaan buruk mereka terse¬but," ungkapnya.

Di dalam sanggar itu, imbuhnya, para remaja diberikan pelatihan seputar Tari Angguk serta dibekali dengan pengeta¬huan spiritual sebagai bekal hidupnya kelak. Sanggar Tari Wahyu Sekar Manunggal sejauh ini merangkul para remaja yang putus sekolah untuk turut serta bergabung dan menjadi anggota sanggar. Di tengah-tengah minimnya dana yang dimiliki, sanggar tersebut terus berupaya melestarikan seni pertunjukan tradisional Tari Angguk di Desa Bandar Khalipah dan Desa Kolam. Mereka tetap sadar akan tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat di lingkungannya.

"Atas dasar inilah saya beserta pihak LPM Unimed menganggap Sanggar Tari Wahyu Sekar Manunggal perlu diberikan pendampingan serta pelatihan agar upaya pelestarian kesenian ini dapat tercapai. Adapun bentuk-bentuk pen¬dam¬pingan dan pelatihan tersebut adalah terkait tata cara pembuatan kostum penari mereka secara mandiri. Hal ini tentunya akan memangkas biaya produksi jika harus menempah kostum penarinya kepada jasa penjahit. Tim juga berupaya memperbaiki kualitas kostum penari dengan memberikan pengarahan tentang tata cara merawat kostum dan merevitalisasi kostum dengan menambahkan pernak-pernik agar terlihat lebih menarik," jelasnya.

Ketua Sanggar Tari Wahyu Sekar Manunggal, Sugiman menuturkan, kesenian tradisional Tari Angguk dahulunya merupakan salah satu media penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang mirip dengan tradisi salawatan atau tradisi barzanji dalam tradisi resam Melayu. Menurutnya, kesenian tersebut penting dilestarikan karena merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia.

Pemerhati Kesenian Tradisional Deliserdang, Suprapto SKn berharap agar upaya-upaya pelestarian kesenian tradisional baik yang dilakukan masya¬rakat maupun pemerintah semakin semarak lagi ke depannya. Sehingga kekayaan budaya Indonesia tetap terjaga dan tak hilang begitu saja.




Posting Komentar

0 Komentar