NILAI NILAI ISLAM PADA TARI TOPENG CIREBON

Nilai-Nilai Islam Pada Tari Topeng Cirebon 

Dalang Ade Irfan (2016) menuturkan konsep Kesenian Tari Topeng Cirebon merupakan gambaran ilmu tarekat, sedangkan ada 4 tingkatan keilmuan dalam memahami Islam, yaitu: syariat, tarekat, hakikat dan makrifat. Seluruh bagian ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kesenian Tari Topeng Cirebon syarat dengan simbol-simbol dan makna filosofis. Perwatakan atau Wanda dalam topeng Cirebon merupakan suatu gambaran ketakwaan dalam beragama serta tingkatan sifat manusia, yaitu sebagai berikut: 

a. Marifat atau Insan kamil, yaitu manusia yang telah mencapai tahap tertinggi dalam tingkatan agama dan sesuai dengan aturan agama.

b. Hakikat, gambaran manusia yang sudah paham mana yang menjadi hak manusia dan mana yang hak sang Khalik.

c. Tarekat, gambaran manusia yang telah menjalankan agama dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. 

d. Syariat, gambaran manusia yang mulai memasuki atau baru mengenal ajaran Islam. 

Adapun kaitannya dengan filosofi yang disimbolkan melalui unsur rupa dan gerak Tari Topeng Cirebon, yang merupakan gambaran ilmu tarekat atau perilaku kehidupan manusia sehari-hari, sebagi berikut: 

a. Topeng Panji 

Diwujudkan dengan karakter topeng yang berwarna putih bersih dan tanpa ornamentasi yang rumit hanya pada bagian dahi. Penambahan unsur garis dan warna yang membentuk bibir, gigi dan bagian mata. Panji merupakan penggambaran nafsu muthmainnah. Menurut dalang Ade Irfan Panji juga selalu dikaitkan dengan kata mapan ning kang siji, artinya percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan kata lain tiada Tuhan selain Allah SWT.

Tari Panji adalah tarian pembuka yang ditarikan pada urutan pertama. Dalam topeng Cirebon Tari Panji termasuk dalam karakter halus dan lemah lembut. Gerak tari yang dihadirkan menggambarkan perwujudan dari sosok yang teguh hati, sangat menjaga perilakunya dan tidak terpengaruh oleh hiruk pikuk duniawi. Salah satu gerakannya juga menggambarkan sosok yang sedang berdiri kokoh, artinya seseorang yang mempunyai pendirian yang teguh, dalam keyakinanya kepada Allah. Tergambar saat pementasannya, meskipun musik pengiringnya sangat kencang namun gerak tarinya sangat minim. Bahkan tidak terlihat seperti sedang menari.

b. Topeng Pamindo 

Diwujudkan dengan karakter topeng yang berwarna putih dengan hiasan didahinya dan dipipinya, serta adanya rambut yang berwarna hitam. Matanya liyep, hidungnya sedikit mendongkak dan bibirnya sedikit terbuka sehingga memperlihatkan giginya, menggambarkan seorang yang genit dan sedang tertawa terkekeh-kekeh. Pamindo merupakan penggambaran nafsu sufiyah dengan simbol warna kuning. Dalang Ade Irfan (2016) menambahkan Topeng Pamindo sering juga dikaitkan dengan pindo artinya yang kedua, ada juga yang menyebutnya Samba asal kata dari saban artinya setiap waktu. Maksudnya adalah setiap waktu manusia harus mengingat Allah. 

Gerak tarinya menggambarkan hasrat atau keinginan untuk menunjukan sesuatu yang telah dimilikinya. Gerakannya lincahan, luwes, serta lucu namun terburu-buru. Dalang Ade Irfan (2016) menegaskan gerak tari dalam Tari Pamindo menggambarkan sikap tokoh yang ganjen, malu-malu dan riang gembira, namun penuh dengan kebahagiaan. Salah satu gerakannya pun menggambarkan sosok yang sedang memohon atau menyembah, artinya Setiap waktu manusia diperintahkan untuk menyembah Allah, dengan melaksanakan Shalat. 

c. Topeng Tumenggung 

Diwujudkan dengan karakter topeng berwarana coklat muda, orange dan coklat. Dengan mata yang besar disertai dengan mulai tumbuhnya kumis dan jambang, serta adanya kerutan pada bagian dahi. Tumenggung merupakan penggambaran dari nafsu lauwamah dengan simbol warma hitam.

karakter Topeng Tumenggung mengambarkan sosok yang penuh dengan kewibawaan dan tegas. Kedewasaan juga tergambar dalam karakter topengnya, dewasa dalam artian mampu menahan nafsu yang ada dalam dirinya, karena Tumenggung sendiri dapat diartikan sebagai seorang yang penting, seperti pejabat Negara. 

Gerak tari yang dihadirkan menggambarkan perwujudan dari sosok yang dewasa, kuat dan gagah. Tokoh Patih yang sedang dalam masa kejayaan, mendapatkan kekuasaan dan kekayaan didunia. Salah satu gerakannya menggambarkan seseorang yang sedang melangkah, artinya seseorang yang sedang mendapatkan kejayaan jangan sampai salah melangkah.

d. Topeng Klana

Diwujudkan dengan karakter topeng berwarna merah dengan mata yang besar dan terbelalak, berkumis tebal dan jambang yang lebat. Perwujudan dari sifat kedewasaan, amarah dan kesombongan, dengan warna topeng yang merah. Klana menggambarkan nafsu amarah. Menurut dalang Ade Irfan (2016) karakter Klana juga menggambarkan manusia yang sudah melampaui batas. Bertingakah sekarepe dewek artinya seenaknya sendiri. 


Gerakannya gagah menggunakan tenaga yang tegas, kasar dan kuat serta jangkauan ruang yang luas. Gerak tari yang dihadirkan menggambarkan perwujudan dari sosok yang gagah, kasar dan angkuh. Tokoh yang dihadirkan merupakan sosok yang salah melangkah dan terjerumus hawa nafsu atau keinginan duniawi. Salah satu gerakannya menggambarkan seseorang yang sedang tertawa disertai dengan menunjuk diri sendiri, artinya seseorang yang sombong. 

e. Topeng Rumyang

Diwujudkan dengan karakter topeng berwarna merah muda atau merah jambu, tanpa hiasan rambut namun hiasannya dari dahi sampai pipi bagian bawah. Menggambarkan pribadi yang penuh kehati-hatian dan penuh pertimbangan. Rumyang menggambarkan nafsu mulhimah dengan karakter warna campuran atau aneka warna yang melebur. Dalang Ade Irfan (2016) menuturkan rumyang berasal dari kata ramyang-ramyang yang menggambarkan waktu ditarikannya karakter ini, yaitu menjelang sore hari. Kata Rumyang sendiri berasal dari kata arum yang artinya harum dan Hyang yang artinya Tuhan. Maksudnya adalah sebagai manusia atau 16 makhluk yang dibekali akal dan fikiran baik dan buruknya perbuatan dengan senantiasa mengharumkan Nama Tuhan yaitu dengan dzikir. 


Gerak tari menggambarkan tokoh yang memiliki karakter riang gembira dan penuh kehati-hatian. Sebagai gambaran dari manusia yang sudah terlepas dari hawa nafsu dan mulai menata diri untuk kembali kejalan Allah. Gerak tari yang dihadirkan menggambarkan perwujudan dari sosok penuh kehatihatian. Salah satu gerakannya pun menggambarkan sosok yang sedang bercermin, artinya seseorang yang sedang melihat dan mengoreksi diri sendiri. 

Kelima karakter topeng dalam Kesenian Tari Topeng Cirebon merupakan perwujudan dari tokoh tertentu yang diwujudkan dengan Wanda topeng yang berbeda-beda. Dalam perwujudannya tergambar sifat-sifat manusia berdasarkan keimannya kepada Allah, layaknya fase kehidupan manusia itu sendiri dari mulai keberadaannya atau bayi didalam kandungan sampai ketidak beradaannya atau kematian. Gerak dalam seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia. Gerakan pada tari juga mengandung pesan sesuai dengan yang dikomunikasikan penarinya. Gerak tari pada Topeng Cirebon mengandung banyak makna didalamnya, berupa pesan, nasehat dan contoh yang harus ditauladani. 

Gerak tari dalam Topeng Cirebon menggambarkan nafsu yang ada dalam diri manusia. Kata nafsu sering dipakai dan dimaknai sebagai kekuatan-kekuatan yang memperbudak dalam perbuatan tercela yang bisa menceburkan keneraka, namun ada juga nafsu yang terpuji dan menuntun kesurga. Semuanya digambarkan oleh Sunan Kalijaga dalam Kesenian Tari Topeng Cirebon. Kemudian digunakan sebagai tuntunan kehidupan didunia untuk mendekatkan diri kepada Allah, istilah Jawanya ngaji diri artinya belajar mengenal hakikat manusia didunia ini sebagai makhluk.


Posting Komentar

0 Komentar